Selasa, 22 Desember 2009

Matematika Menganyam Dunia

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sering dipakai oleh manusia di dunia. Masing-masing orang berpendapat berbeda tentang Matematika. Menurut Plato, yang penting adalah akal manusia untuk dapat membedakan tampilan (penampakan) dari realita (kenyataan) yang sebenar-benarnya. Menurutnya ketetapan abadi/permanent, bebas untuk dipahami adalah hanya merupakan karakteristik pernyataan-pernyataan matematika. Plato yakin bahwa terdapat objek-objek yang permanent, tertentu bebas dari pikir yang disebut “satu”, “dua”, “tiga” dan sebagainya. Bagi Plato, Matematika bukanlah idealisasi aspek-aspek tertentu yang bersifat empiris akan tetapi sebagai deskripsi dari bagian realitanya (Naythea, http://naythea.multiply.com/journal/item/29).

Menurut Aristoteles lain lagi. Beliau menolak pembedaan Plato antara dunia ide yang disebutnya realita kebenaran, Aristotheles menekankan menemukan ‘dunia ide’ yang permanent dan merupakan realita daripada ‘abstraksi’ dari ‘apa’ yang tampak (Naythea, http://naythea.multiply.com/journal/item/29). Manusia dapat mencapai kebenaran, hal tersebut yang dikatakan Aristoteles dalam Metaphysics. Buku-buku logika karya Aristoteles seperti Categoriae, Interpretatione, Analytica Priora, Analytica Posteriora, Topica, Sophistis, Rhetorica, dan poetica. Beliau disebut Bapak Logika. Hal ini menandakan bahwa Matematika dapat menjiwai seseorang.

Leibniz setuju dengan Aristhoteles, bahwa setiap proposisi didalam analisis terakhir berbentuk subjek-predikat. Konsep Leibniz tentang bidang studi Matematika murni sangat berbeda dengan pandangan Plato dan Aristotheles karena menurutnya semua boleh mengatakan bahwa proposisi-proposisi adalah perlu benar untuk semua objek, semua kejadian yang mungkin, atau dengan menggunakan phrasenya yaitu ‘dalam semua dunia yang mungkin’ (Naythea, http://naythea.multiply.com/journal/item/29).

Immanuel Kant membaginya ke dalam tiga kelas, yaitu yang pertama proporsi analitis, yang kedua proporsi sintesis, dan yang ketiga proporsi aritmatika dan geometri murni. Doktrin Phytagoras antara lain bahwa fenomena yang tampak berbeda dapat memiliki representative matematika yang identik seperti cahaya,magnet,listrik dapat mempunyai persamaan diferensial yang sama (Naythea, http://naythea.multiply.com/journal/item/29).. Beliau beranggapan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka-angka. Batas, bntuk, dan angka dalam pengertian Phytagoras adalah sesuatu yang sama. Dunia angka adalah dunia kepastian dan erat hubungannya dengan dunia bentuk. Ilmu angka dan ilmu bentuk adalah satu-satunya ilmu pasti (pure mathematics). Phytagoras memiliki pemikiran yang serba matematis, oleh karena itu beliau menguasai semua pengetahuan manusia pada zaman modern.

Mungkin menurut orang yang hidup di zaman sekarng berbeda lagi pendapatnya. Manfaat dari Matematika banyak sekali. Contoh sederhana saja, jika kita pergi ke pasar tradisional, banyak pedagang-pedagang yang cepat sekali menghitung seluruh harga barang yang dibeli oleh langganan mereka. Dalam penerbangan, kental sekali dengan Matematika. Di dunia perbankan juga membutuhkan Matematika. Bahan dunia Sastra pun membutuhkan Matematika. Manusia tidak bisa lepas tanpa Matematika. Ibaratnya, Matematika sebagai kata-kata dalam berkomunikasi. Akan tetapi, Matematika juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang lain. Matematika sebagai dasar dari ilmu pengetahuan yang lain. Sehingga, mereka saling membutuhkan.

Dari urian di atas, terlihat jelas Matematika menganyam dunia. Matematika dapat merajut ilmu pengetahuan yang lain menjadi suatu barang bahkan lebih yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia ini. Tanpa Matematika, segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak bisa bersatu, mereka akan tercecer dimana-mana sehingga tidak dapat bermanfaat.


Referensi :

Atang A.H dan Beni A.S, 2008. Filsafat Umum. Pustaka Setia : Bandung.

Naythea, 2008. Artikel Antara Matematika dan Filsafat. http://naythea.multiply.com/journal/item/29. 22 Desember 2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar